Selasa, 06 Januari 2015

Supernova; huff....



SUPERNOVA Membaca karya Dee belasan tahun lalu, dengan judul yang sama, membuat aku dan sahabat karibku Ninid betah diskusi sampai pagi. "Novel fiksi ilmiah" begitu kami menjuluki buku pinjaman dari tumpukan lemari pacar itu kami baca bergantian. bukan hanya kami berdua, tetapi juga yang lainnya.

Novel indah itu menjadi pemicu diskusi yang panjang. Diskusi tentang Tuhan, pilihan bebas manusia dan bisa juga merambat pada diskusi sastra, Rumi, Iqbal dan banyak lagi. Pagi-pagi kami akan kelelahan bicara, dengan mata redup mengantuk, kami akan menunggu subuh datang untuk bersujud dan berlomba tidur. Tidur yang pendek. Karena buat kami Matahari adalah sahabat mata kami.

Dengan gelora yang sama, semalam saya bersama sahabat yang lain menyempatkan diri menonton supernova; ksatia, putri dan bintang jatuh. Upaya besar yang dilakukan oleh Rizal untuk memvisualisasikan cerita novel berat itu menurutku gagal. Novel Dee kaya akan tuturan filosofis yang butuh perenungan, butuh referensi untuk benar-benar difahami, tuturan pemain dalam dialog ataupun monolog mereka atau catatan yang dihadirkan cepat tidak cukup bisa memberi ruang untuk difahami.

Maka berbanding terbalik dengan membaca novelnya, Film ini memberikan kelelahan yang luar biasa. Film Supernova? Huff.....(Ida 06012014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar