Jumat, 27 Maret 2015

Perjalanan ke Padang Sumatera Barat

Lima tahun lalu, kuhabiskan setengah waktu hidupku disana. Kalau ditanya, mana daerah yang paling cantik di Indonesia? Aku akan mengatakan sumatera barat salah satunya. Perjalananku di berbagai tempat di propinsi itu kenangannya tidak mudah hilang. Pantai air manis dengan malin kundangnya, dan pulau kecilnya yg bs dijangkau ketika air surut, danau-danau indahnya, maninjau, singkarak, danau kembar, arau, ngarau, goa jepang, jam gadhang dan tentu saja pulau sikuai.

Alam indah dan keramahan orang-orang nya. Kak yeni, kak bayu dan abang, dan tentu saja tukang ojek langganan, pak malin, pak buya, pelayan martabak bandung dan pasar raya, es durian. Semuanya, aku ingin kembali melihatnya, setalah lima tahun, sekedar melihat perubahan yang ada.

Donna, teman sesama tim response bencana tahun 2009 dari Australia bertanya, bagaimana Padang sekarang? Ketika aku kirimkan statusku di Padang kemaren, 28 maret 2015. Perubahan tentu saja banyak terjadi, bangunan-bangunan yang runtuh yang sampai pertengahan tahun 2010 masih belum tersentuh, saat kembali sudah tidak ada lagi. Sebagian sudah diruntuhkan sama sekali, sebagian yang lain sudah dibangun kembali. Baik bangunan baru ataupun sekedar renovasi.

Masjid raya adalah salah satu bangunan yang menarik minat untuk dilihat. Pembangunannya mulai menampakkan hasil. Masjid bergaya minang berdiri megah, meskipun beberapa pekerjaan detil masih juga berlangsung. Aku sempatkan juga melihat tempat kos lama yang dan lingkungannya yang nampak belum banyak berubah, masih sepi. Begitu juga Wisma  jati yang sempat menjadi kantor utama. Markas besar kami dalam response bencana di Sumatera. Wisma Jati tidak berubah, kecuali tambahan hotel syari'ah dan tanah lapang kosong disebelah kirinya yang kini menjadi bengkel mobil nampaknya. Rumah pedagang kelontong di sebelah kanan wisma jati juga masih berdagang. Pun kursi-ikursi tempat kami nongkrong setiap makan siang juga masih tertata rapi disana.

Jembatan siti nurbaya semakin ramai dengan pedagang kaki lima di pedistrinya, dan motor serta mobil diparkir di bahu kanan kirinya. Mobil yang lewat harus ekstra hati-hati agar tidak ketemu dan bersalipan di jembatan. Yang menarik lainnya dari jembatan sitinurbaya adalah deretan lampu jalan disepanjang dua sisinya. Dimalam hari, tentu saja nuansa romantis akan hadir manis ketika lampu-lampu itu menyala.

Enhai, restoran dengan menu spesial serabi bandung di dekat GOR Padang merupakan salah satu tempat makan spesial bagi kami, karena posisinya yang paling dekat dengan kantor kami di Jati Padang. Dia masih seperti dulu, ditambah dengan delivery service yang dulu belum ada. Perubahannya yang terasa adalah kegaduhannya dan jumlah pelayan restoran yang sepertinya menyusut banyak. Seingatku, kami dulu harus menunggu lama untuk mendapatkan pesanan kami telah siap, begitupun tempat duduk, seringkali kami tidak kebagian tempat duduk dan terpaksa harus berjalan dulu beberapa putaran untuk bisa mendapatkan kursi, tetapi tadi malam, meskipun malam minggu, jumlah npengunjungnya tidak terlalu banyak.

Padang selalu menghadirkan banyak kegembiraan, teman-teman satu organisasi yang selalu menerimaku dengan baik disini, menjadikanku selalu ingin kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar